INSTAGRAM

Minggu, 14 Februari 2010

Membuat Buku Layaknya Membuat Sebuah Baju

Barusan saja saya selesai membaca tulisannya Edy Zaques..yang selalu memotivasi untuk menulis. Wow luar biasa. "Yang penting tulis aja dulu, coret2 saja, orang lain buat buku biasa2 saja, saya pun pasti bisa dll..."
Ini termasuk situs favorit saya, mengingat sebagai motivator kita mesti dimotivasi juga kan ..he..he..
Apalagi membuat buku sudah termasuk cita-cita saya sejak 3 tahun lalu.

Walaupun saya sulit mengarang, tapi semasa SMP dulu saya sering menulis kata2 motivasi serta beberapa buah puisi.
Waktu kuliah dulu saya sempat menjadi Redaktur majalah Dinding di tahun II, dan menjadi Ketua Bidang Tiga Himpunan Mahasiswa Kimia yang menangani Humas, Mading dan Bursa (menjual alat2 Kimia) di tahun ketiga.
Karena memang sudah menjadi Pemimpin Redaksinya waktu itu. Otomatis saya harus menjadi teladan dong, kan malu kalau tidak bisa menulis..he..he..Puisi pertama saya muncul di koran Haluan  waktu itu sempat di Apresiasi oleh orang lain.
Saya tahunya  saat ada teman yang bilang kalau waktu itu puisi saya lagi dibacakan oleh adik2 yunior yang lagi ospek tuch. Wah bangga juga, padahal saya udah lupa ..karena menyerahkannya sekitar 2 bulan yang lalu. Setelah itu saya  mengirim tulisan lagi ke koran yang sama, dan dimuat lagi sekitar 2 bulan setelah itu.  Lama setelah itu tidak pernah menulis lagi ...Soalnya saya lebih suka mencurahkan isi pikiran lewat rapat/organisasi daripada menulis...he..he..Kecuali menulis skripsi dan membuat Karya Tulis Hemat Energi Tingkat Nasional dulu bersama seorang teman..Ha..ha.lucu dech ceritanya...

Kemudian beberapa tahun lalu, saya mengikuti Lomba Menulis  Guru dan berhasil menjadi juara II, tingkat Sumbar. Lomba menulis tentang Bung Hatta, menjadi finalis tingkat nasional. Disamping itu ada artikel2 lain dan puisi yang saya kirimkan ke koran Singgalang dan bulletin SEHATI.
Bagi saya menulis merupakan suatu tantangan yang harus ditaklukkan. Banyak kemalasan di dalamnya. Apalagi kalau idenya sudah mentok. Bisa2 tulisan harus dipending untuk waktu yang lama...
Menulis memang harus bebas dari aturan2. Kecuali profesi seseorang sudah dituntut untuk menulis, seperti wartawan.

Sungguh luar biasa, bagi saya menulis  layaknya seperti menjahit sebuah baju (persis seperti cita2 saya lainnya yang masih saya tekuni), pada awalnya kita tentukan baju apa yang mau dibuat, lalu dibikinkan polanya, digunting lalu ditemukan kembali potongan2nya ,  dijahit dengan rapi, ditambah dengan assessoris yang menarik dan jadilah sebuah baju. Sama halnya dengan menulis dan menjadi sebuah buku. Dibuat judulnya, dibuatkan outline (kerangkanya) lalu dipecah2 dan diuraikan satu persatu. lalu disatukan kembali, diedit, dipermanis dengan gambar2 dan cover yang pas, jadilah sebuah buku.

Menulis bagi seorang pendidik adalah wajib, seseorang dapat dihargai adalah lewat tulisan2nya. Karena ketika dia meninggal yang ditinggalkannya adalah hasil pemikirannya tersebut. Sedangkan trendnya sekarang, tulisan kita adalah branding kita. Ayo.. boleh pilih keduanya...

Sebenarnya untuk buku yang bersifat  pegangan bagi siswa dan peserta training sudah ada 3 buah yang saya buat, diantaranya : Etika Profesional Sukses, Tehnik dan Skenario MC serta Character Building.
Untuk ketiga buku ini, saya edit dan padatkan menjadi satu naskah, sudah pernah saya berikan naskahnya ke salah satu penerbit di Bandung kira-kira 1 1/2 tahun yang lalu. Tapi belum ada tindak lanjutnya. Sementara itu ada juga salah satu penerbit di Jakarta yang menawarkan jasa publishingnya.

Walau dalam bahasan Edy Zaques mengatakan, para pengusaha sukses sering juga membuat buku dengan menggunakan  pendamping penulis, atau sekretaris. Tapi bagi saya, saya mau yang orisinil dari A sampai Z adalah hasil karya sendiri. Seperti layaknya membuat skripsi: dari cari bahan, mengolah data, mengedit, mengetik,  lay out, cover bahkan self publishing.
Bisa nggak ya..? Harus bisa...bikin skripsi aja bisa...bikin buku..kenapa tidak?

Sabtu, 06 Februari 2010

BiTV dengan Program Acara Baru

Banyak sekali tayangan televisi yang sangat kurang mendidik saat ini. Orang tua harus mempunyai otoriter yang jelas di dapan anak2nya. Jangan sampai menyuruh anak menjadi baik tapi orang tua tidak memulainya.
Jika memang sinetron itu tidak layak untuk dilihat, apakah itu busana pemainnya, etika bicaranya, pertengkaran, percintaan, dll, sudah seharusnya orangtua mengalihkan bahkan mematikan TVnya dan mengajak belajar bersama.
Kita lihat saja, berbagai macam sinetron hadir dalam konteks yang jauh dari kenyataan keseharian.
Pada umumnya masyarakat dibuai dengan mimpi2 tentang suatu tayangan yang mungkin saja dapat menjadi pelepas lelah, namun miskin dengan pembelajaran.
Contoh saja sinetron remaja yang sering menggunakan setting sekolah. Sungguh sangat mengejutkan, dimana sekolah hanya digambarkan sebagai tempat untuk bergaul, berpacaran, dan kadang digunakan tempat lahirnya berbagai konflik yang terjadi pada diri tokoh yang main di sinetron tersebut.
Guru terkadang digambarkan sebagai sosok yang lemah. Keberadaan guru sebagai pendidik hanya untuk meramaikan saja.  Profesi guru kehilangan wibawa di hadapan murid dan yang lebih menggenaskan tokoh guru sering kali  dijadikan bahan tertawaan. Citra pahlawan tanpa tanda jasa sepertinya sudah diabaikan.
Kehadiran seorang guru sudah mulai dilecehkan, lambang suatu bangsa yang menutup mata tentang kemajuan akhlak putra bangsa.
Kita sangat membutuhkan suatu tayangan yang memotivasi , seperti sinetron lama sosok Sangaji, dengan tutur kata yang sopan dan rendah hati, walau keadaan orangtuanya tidak mampu, namun semangatnya untuk menjadi anak yang baik dan cerdas tetap bisa ia lakukan disamping harus menjual buku sepulang sekolahnya.
Atau kita rindu dengan sosok Dokter Sartika yang bersahaja dan menyejukkan yang diperankan oleh Dewi Yull waktu dulu.
Kita berharap di masa sekarang yang menjunjung demokrasi ini..tetap menghargai beragam pendapat dan kebebasan berekspresi. Tapi kebebasan yang beretikalah yang mempunyai nilai tinggi, baik di mata manusia maupun di mata Tuhan .
Untuk itulah BiTV akan menghadirkan suatu program acara yang membuat kita semua dapat mempelajari etika yang benar mulai dari keseharian sampai ke lingkungan sosial. Tidak hanya itu kita akan mulai belajar bagaimana mengembangkan diri sekaligus mengembangkan profesi dengan cara yang benar.
Berisi tentang bahasan, peragaan, dan juga dialog interaktif dengan masyarakat serta diiringi musik.
Sebuah tayangan yang menarik yang patut kita simak di tengah2 keluarga. Semoga saja menjadi salah satu acara TV favorit di tengah banyaknya pilihan yang ada di depan mata.

Selasa, 02 Februari 2010

KASUS BANK CENTURY , LAMA AMAT......?

Sudah bosan juga kalau kita melihat bergulirnya pertanyaan2 yang dilakukan oleh DPR terhadap beberapa orang saksi dan pelaku dalam kasus tersebut.
Sementara rakyat yang merasa ditipu oleh pihak bank sudah resah dan nggak tahan lagi menunggu uang mereka kembali.
Ada lagi yang berkata bahwa harapan mereka kepada PANSUS kasus Century sudah sirna. Mereka semua hanya lagi main sinetron di bawah sebuah skenario besar yang ditonton oleh jutaan pasang mata yang durasi tayangnya berjam2.  wah..seru juga tuch...
Yach..lama amat. Itu masih di DPR belum penyelesaian masalahnya di pengadilan atau konpensasi korban.
Masuk pengadilan, terus ada lagi tuntutan dari jaksa, kemudian pembelaan dari pengacara...wah bisa kelar 1 tahun nich...trus uangnya manaaaa.....
Begitulah proses perjalanan hukum di Indonesia, yang jelas2 salah bisa aja jadi bebas, yang salahnya besar jadi kecil, yang salahnya kecil jadi besar. Tergantung kekuasaan dan uang kayaknya nich...
Trus apa yang kita dapat dari itu semua.
Nggak ada..saya lebih mau koreksi diri sendiri dan orang2 terdekat kita aja dech...cuma kita harus hati2 aja menjaga sikap laku...mulai dari sekarang.
Karena setiap orang besar pasti tantangannya juga besar, kalau bukan dia yang bikin kesalahan, atau anak buahnya yang melakukan kelalaian. Atau juga pihak musush yang mencari kesempatan..Hmmh..
Membiasakan yang benar dan bukan lagi membenarkan kebiasaan . Yuk..dari sekarang kita lakukan, tetaplah bersih...karena suatu saat orang pasti akan mencium bau busuk kita.
Karena perjalanan hidup masih panjang..."Hari ini adalah masa lalu dari masa depan kita". Untuk itu berbuat baiklah di masa lalu ini, supaya masa depanmu tidak akan pernah tersandung oleh apapun. Semoga