INSTAGRAM

Jumat, 13 November 2009

ANTARA TANTANGAN DAN HARAPAN

Berusaha untuk menjadi teladan tidaklah mudah. Tapi mengemban tugas sebagai Dosen Etika dan Kesekretariatan di Lembaga Bahasa Jepang INGG dan Dosen Etika Profesi di AMIK AKTAN memacu saya untuk bisa menggiring pola pikir pemuda Indonesia khususnya Bukittinggi Sumatera Barat menjadi siswa yang kembali mengenal budayanya, mampu beretika serta taat beragama, yang tercermin lewat perkataan dan perbuatannya.

Ethica (Latin) adalah falsafah moral dan merupakan pedoman cara hidup yang benar, dilihat dari sudut budaya, agama dan susila.
Seiring dengan perkembangan tehnologi maka meningkat pula hubungan antar manusia baik secara Nasional maupun Internasional.
Pentingnya belajar etika dalam pergaulan dan dunia kerja membuat kita merasa percaya diri, disenangi dan dihormati karena memiliki tenggang rasa dan bisa menghargai SETIAP perbedaan.
Sebaliknya jika kita tidak memahami tentang etiket maka kita akan merasa rendah diri, serba salah, bahkan disangka over acting.

Banyak sekali yang harus dibenahi dari para pemuda. Dari cara berpakaian (dalam belajar etika ini saya mewajibkan yang perempuan memakai rok) lah kok orang Minang nggak punya rok sichh?, sedang yang laki2 tidak memakai anting, kalung atau gelang assessoris , bertutur (membiasakan ucapan maaf,tolong, terimakasih dll, sikap laku (mendengarkan, cara duduk dan berdiri yang baik), berbicara di depan umum pun dipelajari dalam mata kuliah ini. Penilaian yang meliputi 3 aspek, yaitu : kognitif (pengetahuan), afektif (sikap) dan psikomotorik (praktek role play di depan kelas) adalah bagian yang tidak bisa dipisahkan.

Hal pertama yang perlu dibenahi dari pelajaran apa saja, menurut saya adalah memberikan materi "Pengembangan Diri" dengan metode Who am I and Self Explorer, dimana semua siswa mengisi 20 buah kelebihan , 20 kesuksesan/prestasi, 20 buah kelemahan dan 20 buah cita2/harapan/keinginan mereka, dan "game" apa kesan pertama orang lain terhadap kita?

Tidak mudah mengisi kelebihan atau kesuksesan tersebut bagi mereka dibanding mengisi kelemahan. Padahal Prestasi disini maksudnya adalah sesuatu kesuksesan kecil yang kita punyai atau kita rasakan,walaupun menurut orang lain belum dikatakan prestasi...misal salah satu siswa saya (laki2) mengisi dengan cepat lalu kemudian membacakan ke depan, bahwa yang menjadi prestasinya adalah mencuci piring, memasak rendang, menyapu rumah, melipat kain dll. "Luar biasa...itulah yang saya inginkan...tidak mesti anda mendapat piala atau menjadi juara ini dan itu "...Baik trimakasih dan berikan tepuk tangan..."

Motivasinya adalah : Jangan dulu melihat orang lebih baik dari kita , walaupun yang kita buat itu sepele bagi orang lain..tapi bagi kita justru kelebihan...(dalam Islam itu yang dikatakan bersyukur).
Kemudian.... kelebihan yang kita punyai bisa saja berupa fisik, sifat, sikap maupun kinerja kita, dimata diri sendiri, teman, keluarga, guru, tetangga bahkan pacar sekalipun.

Pertanyaannya sekarang adalah...
Begitu sering kita terjebak dengan bayang2 orang lain yang lebih hebat dari kita, sementara kita tidak pernah mau menggali ke dalam...mengekplorasi apa lagi sich yang kita punya dari kelebihan kita...?

Jangan salah..walaupun sepele..tapi yakinlah...bahwa kelebihan2, prestasi2 tadi bisa kita hadirkan di depan mata kita saat mengalami rasa tidak percaya diri yang pernah hinggap dalam pikiran ketika berhadapan dengan orang hebat, atau pada saat harus berbicara di depan umum...

Nah..jika kita tidak pernah mau mencari kelebihan diri, justru lebih banyak mengisi kekurangan2 maka begitulah yang sering kita dapatkan...setiap harinya.
(Apa yang kamu pikirkan itulah yang kamu dapatkan).

Dan rasa tidak mampu itu pulalah yang sering tertanam di benak kita setiap kesempatan itu datang.
Sekarang jika anda dipersilahkan orang lain untuk maju ke depan..ucapkan "yach..baik..trimakasih..." lalu (SENANG, BERDIRI dan BERJALAN CEPAT)...
Bismillah..
Tipsnya adalah: Saat dipanggil ke depan senangkan hati anda, senyumlah, tegakkan badan, keraskan suara, atur body language. Hal ini penting...kalau anda cemas...orang yang mendengarkan akan cemas, jika anda grogi..maka yang mendengarpun jadi grogi...dan jika anda bicara dengan semangat maka yang mendengarpun akan yakin dengan ucapan anda.

Disamping itu, pelajaran yang sering ditanamkan adalah melatih mereka untuk datang tepat waktu, dan jika terlambat harus minta izin masuk dengan mengangkat tangan kanan setinggi bahu sambil mengatakan "Maaf Ibu...Desi terlambat"....kalau ada yang belum pas..ulangi lagi sampai betul...Pada bagian inilah siswa sering tertawa menyaksikan kekikukan teman2nya...

Lho..kok kelihatannya mempermalukan mereka ya..?
Oo..tidak...Karena kita sudah sepakat, jika anda salah akan saya tegur, tapi jika anda benar akan saya puji...dan itulah tugas saya disini. Sekarang tempatnya belajar, berarti saudara memang harus siap untuk siajarkan, kadang ada koreksi2 kecil itu biasa.
Ketika Kita terbiasa dipuji maka kita harus terbiasa pula untuk dikritik, tentunya dengan cara yang "baik, berikan pengertian bisa ditambah dengan fun...dan selalu berikan tepuk tangan" setiap siapa saja yang mau tampil ke depan.

Berapa sering kita lihat mahasiswa masuk nyelonong saja kalau dia terlambat, tapi disinilah tempat kita kembali "membiasakan yang benar, bukan lagi membenarkan kebiasaan" bahwa kalau memang salah harus ada pengakuan, sekalipun saya sendiri yang terlambat...
Bagi yang datang terlambat  setelah pelajaran dimulai harus berdiri dulu di depan, jika terlambat 10 menit maka berdirinya 10 menit. Terkadang banyak yang berjejer di depan. Tidak boleh bersandar atau ribut, tapi tetap berdiri tegak.
Kehadiran di lokal sangat penting sekali, bagaimana mungkin sikap mereka berubah jika tidak hadir dan tidak praktek ke depan. Jangan sampai nanti ketika ujian, justru lebih banyak yang datang, lho memangnya kemaren2 itu lho kemana aja..? Kecuali kuliahnya yang tidak perlu sering tatap muka seperti Universitas Terbuka. Iya kan..?
Bagi pelajaran2 seperti Etika Profesi, Budi Pekerti, ISD, Kewarganegaraan, Agama, Sejarah dll memang sering mengalami kendala. Intinya tergantung ketegasan kita.

Dan...Persoalan mana "yang hitam" mana "yang putih" harus jelas di mata mereka. Jangan sampai mereka menjadi pribadi yang abu2 dan tidak mempunyai pendirian yang kuat, sehingga mudah saja terjebak dengan permainan dunia...

Bagaimana cara mengatasi rasa percaya diri yang sudah kronis...? Tidak ada cara lain kecuali dengan mengapresiasi setiap siswa yang maju ke depan dengan memilih mereka yang acuh, ribut, pemalu atau tidak berani menatap .
Dalam setiap kali pertemuan, mereka selalu memainkan peran2 yang ada di dalam buku (Etika Profesional Sukses oleh Linda Hevira) atau latihan bicara di depan umum dengan memperbaiki cara berdirinya,duduk, berjalan, cara memegang buku, eye contact, gesture, movement dan body language, cara bertanya, cara menjawab, cara menginterupsi, cara mengatasi komplain, menjadi customer service, sekretaris, etika berkenalan, etika rapat, menjawab telpon, menjadi konsulting, press release, presentasi bisnis, kewirausahaan dan juga kasus2 Etika Profesi yang terjadi akibat kesalahan2 sendiri.

Saya berharap Mudah2an semua siswa dapat melakoninya dalam kehidupan sehari-hari dan sukses nantinya di dunia kerja , baik secara intelektual, profesional maupun mempunyai emosi yang handal...
Suatu peran yang amat mulia, jika kita bisa memotivasi mereka.
Semoga...

2 komentar:

sri supatmi mengatakan...

Mengapa teori lebih mudah dipahami dan dimengeri, sedangkan dalam praktiknya sehari-hari sangat sulit dan berat? Tetapi setelah saya bertemu dengan Ibu Linda dalam mata kuliah Etika Profesi, saya banyak belajar untuk mempraktikannya dalam kehidupan keseharian di rumah. Karna Ibu Linda bukan hanya mengajarkan materi kuliah dengan teori, melainkan langsung praktik. Ya... walaupun ada yang bilang itu hanya hal-hal kecil. Tapi suatu saat akan berdampak besar nantinya. Karna segala sesuatu dibangun dari hal-hal kecil terlebih dahulu. Makasih bu Linda. Sukses slalu.

maya sari mengatakan...

NAMA : MAYASARI
NPM : 0610076510078

pada dasarr setiap kita sudah merasa apa yang kita lakukan yang terbaik, apalagi memang sudah ada tekad untuk menjadi yang terbaik, namun dalam kenyataan nya kita sering merasa benar sendiri atau berada di jalur yang salah,,bisa jadi berlebihan atau malah kurang.untuk itu etika profesi membantu kita dalam mengarahkan sikap dan prilaku dalam beretika sesuai jalur yang sebenarnya dan pas pada alurnya.

Pendidikan akan mengasah kita untuk beretika lebih berkualitas.